Nyangkem, istilah dalam bahasa jawa yang ketika diartikan dalam bahasa Endonesa kurang lebih berarti OMDO alias Omong Doang. Inilah yang sedang saya kerjakan di dalam fasilitas yang diberikan dalam dunia maya ini. Hanya sekedar nyangkem alias nyonthong tanpa argumen yang kuat. Apabila ditambah dengan argumen, landasan teori yang kuat maka bukan jadi blog tapi karya ilmiah. Weeee lha dalah malah nyangkem ngalor ngidul ngetan ngulon...
Mari membahas apa yang jadi tulisan pertama saya ini, Industri Sepakbola vs Pasar Sepakbola. Saya menulis ini terinspirasi dari UCL (UEFA Champions League) itu boso keren e tapi nek boso jowo ne yo Liga Cahmpions. Final yang akan berlangsung nanti malam (saya menulisnya sabtu pagi) menimbulkan euforia di seantero jagat raya ini, tidak hanya di eropa yang notabene sebagai regionnya tapi sudah mendunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, Australia, Antartika menunggu-nunggu partai Clash Of Titans ini. Ini saya simpulkan sendiri sebagai kemenangan dari industri sepakbola di Eropa khususnya UEFA sebagai badan pengelola sepakbola di region Eropa. Mengapa sebagai kemenangan??? Karena mereka berhasil memasarkan olahraga yang sebenranya cukup sederhana ini dan mengemasnya sebagai hiburan yang sangat menarik semua orang. Ketika anak-anak kecil ditanya: "Ngendi lawan ngendi final Cahmpions e ngko bengi???" mereka langsung menjawab eMYu lawan Barca mas. Peran media dan kerjasama media dengan UEFA merupakan faktor terbesar dalam mewujudkan industri bolasepak, selain itu faktor obyek industri juga patut untuk masuk dalam faktor terbesar kemenangan industri sepakbola di eropa. Kita lihat saja dua Club yang akan bertanding nanti malam Manchester United dan Barcelona, dua klub kuat yang tidak hanya dalam hal finansial tapi juga kuat dalam segala aspek untuk menjadi Klub Industri. Tetapi saya melihat ada satu kesamaan diantara dua reksasa sepakbola dunia ini dalam mengarungi ganasnya industri sepakbola. Mereka membuat pondasi atau landasan yang cukup kuat dari klub mereka yang berwujud akademi sepakbola atau kawah candradimuka bagi anak-anak kecil yang memimpikan untuk menjadi seorang pesepakbola. Dari akademi sepakbola inilah industri sepakbola sudah dimulai. Mereka menciptakan pesepakbola yang nantinya akan mereka gunakan sendiri ataupun mereka tawarkan ke klub lain. Barca dengan La Masia nya masih saya anggap sebagai Akademi Sepakbola terbaik di sejagat raya, Klub dengan semboyan Mes Que un Club berhasil menciptakan pemain-pemain yang berhasil mengangkat Trofi Piala Eropa 2008 dan disempurnakan dengan Piala Dunia 2010. Hampir 70% skuad La Furia Roja adalah produk-produk dari La Masia. Kebijakan yang berkiblat pada akademinya sendiri merupakan bentuk kepercayaan terhadap pemain-pemain didikannya sendiri yang sedari mereka kecil sudah diberikan doktrin sepakbola indah ala spanyol alias Tiki-Taka yang merupakan turunan dari Total Voetbal virus yang dibawa oleh Johan Cryuff ke tanah Andalusia.Seperti halnya dengan Barca, MU juga memiliki Akademi Sepakbola yang cukup mumpuni. Mereka mengumpulkan bocah-bocah berbakat di seantero Britannia bahkan sekarang seantero dunia untuk digembleng dan diciptakan sebagai seorang Setan Merah. Bukti kehebatan akademi tersebut tertuang dalam Generasi Emas dibawah arahan Sir Alex Fergie pada tahun 1999 dengan membawa Treble Winners berbekal dengan para lulusan dari akademinya sendiri. Saat ini di tahun 2011 pun seakan hukum industri (siapa yang kuat yang akan menang) tersaji dalam Final Liga Champions. So, that is industry.....Siapa yang kuat maka dialah yang akan mengeruk keuntungan....
Lantas, dimanakah peran kita dalam industri sepakbola tersebut???? dan masih saja sebagai seorang penikmat alias pasar dari industri tersebut, belum bisa menjadi pelaku yang bisa mendapatkan keuntungan dari industri sepakbola tersebut. Asia, khususnya Negeriku Endonesa merupakan lahan bidikan yang menjanjuikan dengan 200 juta menungso di dalamnya menjadikan pasar yang amat sangat potensial bagi pelaku industri sepakbola. Inilah nasib negara dunia ketiga yang selalu menjadi pasar bagi produk-produk dari negara maju. Kapankah kita bisa menjadi pelaku industri??? Sebenarnya arah ke industri sudah mulai ditancapkan di negeri ini dengan adanya ISL, tetapi sayang masih digarap setengah-setengah dan tidak konsisten. Dengan konsep kerjasama dengan media, mengharuskan klub berbadan hukum, fasilitas infrastruktur juga harus sesuai standar, adanya kompetisi untuk U-21, ini menandakan sudah menuju ke arah industri. Apalagi dengan kabar buruk yang menyangkut Pelarangan penggunaan APBD untuk mendanai klub sepakbola di Endonesa. Ini tentunya berita bahagia untuk saatnya kita tinggal landas dari masa jahiliyah sepakbola menuju era industri. Karena selama ini Klub di Endonesa hampir 90% merupakan milik dari Pemerintah Daerah dan anggarannya menyedot dari uang rakyat sehingga banyak Klub sepakbola yang dijadikan pencitraan atau kendaraan politik. Mari kita ubah citra tersebut dengan membangun klub profesional. Walaupun masa transisi ini bakalan sulit tapi mari kita dukung untuk industri sepakbola. Saya sudah muakkkkk menjadi pasar terus-terusan dari industri sepakbola luarnegeri, mari kita ciptakan industri sepakbola di negeri ini.....
Salam Olahraga...
Mari membahas apa yang jadi tulisan pertama saya ini, Industri Sepakbola vs Pasar Sepakbola. Saya menulis ini terinspirasi dari UCL (UEFA Champions League) itu boso keren e tapi nek boso jowo ne yo Liga Cahmpions. Final yang akan berlangsung nanti malam (saya menulisnya sabtu pagi) menimbulkan euforia di seantero jagat raya ini, tidak hanya di eropa yang notabene sebagai regionnya tapi sudah mendunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, Australia, Antartika menunggu-nunggu partai Clash Of Titans ini. Ini saya simpulkan sendiri sebagai kemenangan dari industri sepakbola di Eropa khususnya UEFA sebagai badan pengelola sepakbola di region Eropa. Mengapa sebagai kemenangan??? Karena mereka berhasil memasarkan olahraga yang sebenranya cukup sederhana ini dan mengemasnya sebagai hiburan yang sangat menarik semua orang. Ketika anak-anak kecil ditanya: "Ngendi lawan ngendi final Cahmpions e ngko bengi???" mereka langsung menjawab eMYu lawan Barca mas. Peran media dan kerjasama media dengan UEFA merupakan faktor terbesar dalam mewujudkan industri bolasepak, selain itu faktor obyek industri juga patut untuk masuk dalam faktor terbesar kemenangan industri sepakbola di eropa. Kita lihat saja dua Club yang akan bertanding nanti malam Manchester United dan Barcelona, dua klub kuat yang tidak hanya dalam hal finansial tapi juga kuat dalam segala aspek untuk menjadi Klub Industri. Tetapi saya melihat ada satu kesamaan diantara dua reksasa sepakbola dunia ini dalam mengarungi ganasnya industri sepakbola. Mereka membuat pondasi atau landasan yang cukup kuat dari klub mereka yang berwujud akademi sepakbola atau kawah candradimuka bagi anak-anak kecil yang memimpikan untuk menjadi seorang pesepakbola. Dari akademi sepakbola inilah industri sepakbola sudah dimulai. Mereka menciptakan pesepakbola yang nantinya akan mereka gunakan sendiri ataupun mereka tawarkan ke klub lain. Barca dengan La Masia nya masih saya anggap sebagai Akademi Sepakbola terbaik di sejagat raya, Klub dengan semboyan Mes Que un Club berhasil menciptakan pemain-pemain yang berhasil mengangkat Trofi Piala Eropa 2008 dan disempurnakan dengan Piala Dunia 2010. Hampir 70% skuad La Furia Roja adalah produk-produk dari La Masia. Kebijakan yang berkiblat pada akademinya sendiri merupakan bentuk kepercayaan terhadap pemain-pemain didikannya sendiri yang sedari mereka kecil sudah diberikan doktrin sepakbola indah ala spanyol alias Tiki-Taka yang merupakan turunan dari Total Voetbal virus yang dibawa oleh Johan Cryuff ke tanah Andalusia.Seperti halnya dengan Barca, MU juga memiliki Akademi Sepakbola yang cukup mumpuni. Mereka mengumpulkan bocah-bocah berbakat di seantero Britannia bahkan sekarang seantero dunia untuk digembleng dan diciptakan sebagai seorang Setan Merah. Bukti kehebatan akademi tersebut tertuang dalam Generasi Emas dibawah arahan Sir Alex Fergie pada tahun 1999 dengan membawa Treble Winners berbekal dengan para lulusan dari akademinya sendiri. Saat ini di tahun 2011 pun seakan hukum industri (siapa yang kuat yang akan menang) tersaji dalam Final Liga Champions. So, that is industry.....Siapa yang kuat maka dialah yang akan mengeruk keuntungan....
Lantas, dimanakah peran kita dalam industri sepakbola tersebut???? dan masih saja sebagai seorang penikmat alias pasar dari industri tersebut, belum bisa menjadi pelaku yang bisa mendapatkan keuntungan dari industri sepakbola tersebut. Asia, khususnya Negeriku Endonesa merupakan lahan bidikan yang menjanjuikan dengan 200 juta menungso di dalamnya menjadikan pasar yang amat sangat potensial bagi pelaku industri sepakbola. Inilah nasib negara dunia ketiga yang selalu menjadi pasar bagi produk-produk dari negara maju. Kapankah kita bisa menjadi pelaku industri??? Sebenarnya arah ke industri sudah mulai ditancapkan di negeri ini dengan adanya ISL, tetapi sayang masih digarap setengah-setengah dan tidak konsisten. Dengan konsep kerjasama dengan media, mengharuskan klub berbadan hukum, fasilitas infrastruktur juga harus sesuai standar, adanya kompetisi untuk U-21, ini menandakan sudah menuju ke arah industri. Apalagi dengan kabar buruk yang menyangkut Pelarangan penggunaan APBD untuk mendanai klub sepakbola di Endonesa. Ini tentunya berita bahagia untuk saatnya kita tinggal landas dari masa jahiliyah sepakbola menuju era industri. Karena selama ini Klub di Endonesa hampir 90% merupakan milik dari Pemerintah Daerah dan anggarannya menyedot dari uang rakyat sehingga banyak Klub sepakbola yang dijadikan pencitraan atau kendaraan politik. Mari kita ubah citra tersebut dengan membangun klub profesional. Walaupun masa transisi ini bakalan sulit tapi mari kita dukung untuk industri sepakbola. Saya sudah muakkkkk menjadi pasar terus-terusan dari industri sepakbola luarnegeri, mari kita ciptakan industri sepakbola di negeri ini.....
Salam Olahraga...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar